Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

PILAR MUSEUM TUA

aku bersandar di balik pilaraku tatap jauh di seberang arah aku menatap di balik pilar aku lupakan pilar aku ingat sebongkah bayang-bayang aku lupakan pilar tua aku lupakan sandaran tubuh aku ingat sebongkah bayang-bayang, tertawa yah.... aku lupakan pilar itu aku peluk sebongkah bayang-bayang, tertawa aku bersandar aku lupa aku tahu aku.....aku melupakan pilar sandaran tubuh ini dia sakit...dia kecewa dia merana menangis dia bicara tapi! !!dia hanya dalam hati dia hanya dalam angan dia pilar yang selalu menopang museum... dia tua dia meran adia....dilupakan....................

”PANJANG TEU MEUNANG DIPOTONG, PONDOK TEU MEUNANG DISAMBUNG”

”PANJANG TEU MEUNANG DIPOTONG, PONDOK TEU MEUNANG DISAMBUNG” oleh : Dede Solehudin Wiarta Diputra Sejarah telah banyak menunjukkan kepada kita bahwa hutan yang lestari akan mampu memberikan berbagai manfaat yang sungguh luar biasa bagi kelangsungan hidup manusia. Kemampuannya menyimpan berbagai kekayaan ekosistem dan berbagai biota yang sangat dibutuhkan oleh manusia sangat mengagumkan. Hasil hutan yang diperolehpun akan sangat beragam, dari mulai kayu, buah-buahan, daerah agro wisata/ eko wisata, berbagai tanaman obat, mahluk hidup yang sangat bernilai dan banyak lagi yang lainnya. Dari hutan juga banyak melahirkan berbagai cerita dan fakta yang tetap memberikan kekayaan wawasan dan pengetahuan manusia baik dibidang sains maupun ilmu-ilmu humaniora dan sejarah. Diantaranya, perjuangan kemerdekaan bangsa ini telah dimulai dari hutan yaitu melalui berbagai perang secara bergerilya yang dikembangkan oleh para pejuang dan pahlawan bangsa ini. Cerita dan fakta lain menyebutkan bahwa dengan

EKOLOGI UNTUK ECOTOURISM

EKOLOGI UNTUK ECOTOURISM oleh : jangdede@gmail.com Dlihat dari perspektif fungsinya, hutan memiliki banyak fungsi. Diantara yang sering didiskusikan adalah fungsinya sebagai paru-paru dunia. Istilah ini muncul melalui berbagai pandangan yang intinya menyebutkan bahwa eksistensi hutan sangat signifikan dalam kaitannya dengan keberlangsungan hidup mahluk hidup dibumi ini. Mungkin istilah ini dapat mewakili mengenai begitu pentingnya hutan sehingga ipilihlah kata paru-paru. Istilah ini juga dapat memiliki makna bahwa hutan adalah alat respirasi dari bumi ini yang merupakan sebuah sistem organ yang memayungi kehidupan manusia. Sehingga demikian, kelestarian fungsi hutan ini harus tetap dijaga baik yang dilakukan oleh individu secara swadaya maupun yang dilakukan oleh pemerintah secara kolektif terpadu dengan memiliki payung hukum yang jelas dan bersifat memaksa. Banyak ragam cara yang bisa dilakukan dalam upaya pelestarian hutan ini, diantaranya memfungsikan hutan sebagai sarana wisata ma
KUJANG MENURUTBERITA PANTUN BOGOR[1] Oleh: Anis Djatisunda Purwaka Berbicara tentang kujang, identik dengan berbicara Sunda Pajajaran masa silam. Sebab, alat ini berupa salah sastu aspek identitas eksistensi budaya Sunda kala itu. Namun, dari telusuran kisah keberadaannya tadi, sampai sekarang belum ditemukan sumber sejarah yang mampu memberitakan secara jelas dan rinci. Malah bisa dikatakan tidak adanya sumber berita sejarah yang akurat.Satu-satunya sumber berita yang dapat dijadikan pegangan (sementara) yaitu lakon-lakon pantun. Sebab dalam lakon-lakon pantun itulah kujang banyak disebut-sebut. Di antara kisah-kisah pantun yang terhitung masih lengkap memberitakan kujang, yaitu pantun (khas) Bogor sumber Gunung Kendeng sebaran Aki Uyut Baju Rambeng. Pantun Bogor ini sampai akhir abad ke-19 hanya dikenal oleh warga masyarakat Bogor marginal (pinggiran), yaitu masyarakat pedesaan. Mulai dikenalnya oleh kalangan intelektual, setelahnya tahun 1906 C.M. Pleyte (seorang Belanda yang be

KONSEP MASAGI

"Masagi" Ku Mang Jamal Alam dunya nu éndah ieu dicipta ku Pangeran. Kusabab diciptana ku Pangéran, tangtu rupa atawa wanguna hadé jeung sampurna. Kasampurnaan alam ieu sok dipaké pikeun siloka kaasup dina babasan jeung paribasa. Karancagéan kolot baheula enggoning ngarumuskeun jurus pikeun nyanghareupan hirup jeung kahirupan, salah sahijina dina wangun babasan jeung paribasa, sawaréh dijieun ku cara siloka nu nginjeum ti kaayaan alam éta. Model atawa rupa suhunan imah vernakular di Tatar Sunda make conto alam, boh manuk boh mangrupa sato. Diantarana ranggon –ti manuk ranggon; julang ngapak, badak heuay, tagog atawa jogo anjing, jeung galudra ngupuk. Cara niru ka alam oge aya dina ngagambarkeun kageulisan hiji wanoja, ditataan maké rupa nu aya di alam bari ditambahan sangkan jentre: angkeut endog sapotong, ramo pucuk eurihan, lambéy jeruk sapasi, halis ngejelér paéh, cangkéng lenggik nanding papanting, taar teja mentrangan, damis kuwung-kuwungan, bitis héjo carula