Runtutan perdebatan seakan telah menjadi makanan hari-hari ketika kita menonton televisi dan membaca surat kabar. Semua hal yang menjadi buah bibir selalu saja diperdebatkan, entah itu real maupun imajiner. Lihat saja media pemberitaan yang sering kita saksikan tidak terlepas dari tema perdebatan yang membuat kepala jadi pening dan hati lebih meracau. Dari mulai perdebatan masalah negara yang memiliki sub tema politik, hukum, demokrasi dan sejenisnya sampai pada masalah yang lingkupnya sangat frivat. Aib keluarga seakan menjadi sebuah bahan diskusi yang sangat laku, bahkan rentetan iklan pun seakan berderet panjang dan menyita waktu juga melelahkan bagi yang menyaksikannya, seperti kita. Tengok saja salahsatu kasus yang tengah menelikung keadilan dan kebenaran diranah hukum. Kasus mafia hukum yang melebar menjadi mafia perpajakan. Dan sepertinya kita harus rela untuk mendengarnya, meski kebenarannya masih samar samar. Seakan kita dipaksa untuk mendorong opini kita menjadi apa yang mere
Jang Dede, terlahir di Ciamis pada tanggal 23 April 1984 dengan nama Dede Solehudin merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Sebelum tersesat di Bali, dia tinggal di Semarang sambil kuliah hingga menjadi kaum upahan. Sekarang hidup bahagia dengan seorang istri yang dia temukan di belantara Kota Lumpia juga memiliki dua anak yang ganteng dan cantik.